hanya sekedar coretan di layar desktopmu

Monday 4 April 2016

HMI dari masa ke masa

20:40:00 Posted by fathur alrahman

Hari ini mungkin kebanyakan penduduk Indonesia tidak mengenal atau bahkan tidak tahu apa itu HMI. Dalam anggaran dasar HMI pasal 1 ayat 1 disebutkan “organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. 66 tahun sudah HMI hadir. Bila HMI diibaratkan seperti manusia, 66 tahun adalah umur yang sudah sangat matang dan sudah selayaknya menikmati hari tua. Untunglah HMI sebagai organisasi perkaderan sehingga setua apapun umur HMI, tenaganya akan selalu muda.
Sejak Lafran pane seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam) yang baru duduk di semester 1 mendeklarasikan terbentuknya HMI pada Rabu, 14 Rabiul Awal 1366 H yang bertepatan dengan Tanggal 5 Februari 1947, dinamika-dinamika yang dialami HMI untuk mempertahankan eksistensinya sangatlah beragam. Mulai dari perjuangan memperebutkan kemerdekaan dan menumpas pemberontakan PKI, hingga pergolakan pemikiran antar setiap kader. Tentu amat sangat banyak dinamika yang telah diarungi HMI selama 66 tahun terakhir, namun beberapa hal yang dapat penulis hidangkan yang peulis kutip dari berbagai referensi untuk melengkapi tulisan “HMI dari masa ke masa” ini.
Masa-masa pengokohan HMI dimulai dari 5 februari hingga 30 November 1947 selama lebih kurang sembilan bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI baru berakhir. Masa ini dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi untuk mengokohkan eksistensi HMI. Karena itu untuk sosialisasi organisasi maka diadakan ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi dan malam-malam kesenian. Hingga pada tanggal 22 Agustus 1947, PB HMI di reshuffle. Ketua Lafran Pane diantikan oleh H.M Mintaredja hingga tanggal 30 November 1947 diadakan kongres pertama HMI.
Sejalan dengan salah satu tujuan awal berdirinya HMI yaitu mempertahankan kemerdekaan maka dalam masa perang kemerdekaan (1947 – 1949) HMI terjun bertempur melawan Belanda. HMI membantu pemerintah baik langsung memegang senjata, sebagai staf penerangan maupun sebagai penghubung. HMI juga berperan menghadapi pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948. Wakil ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM) dibawah komando Hartono. Dengan mengerahkan angora Corps Mahasiswa, ke gunung-gunung dan memperkuat aparat pemerintah, sejak saat itu PKI menaruh dendam terhadap HMI.
Selama anggota HMI terjun ke medan pertempuran membantu pemerintah mengusir penjajah, selama itu pula pembinaan organisasi HMI terabaikan, di bidang eksternal antara lain pemerintah yang tidak membubarkan PKI semenjak pemberontakan di Madiun tahun 1948 menyebabkan PKI bangkit kembali, sehingga PKI tampil sebagai partai pemerintah. Masa-masa 1950 – 1963 menjadi masa pembinaan dan pengembangan organisasi di HMI.
HMI vs PKI jilid II terjadi pada tahun 1964 hingga 1965. Dendam PKI pada HMI yang tertanam sejak pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 membuat mereka terus mengejar HMI, karena dianggap sebagai penghalang bagi tercapainya tujuan PKI. Maka dilakukanlah berbagai upaya agar HMI dibubarkan. Segala trik dilancarkan PKI agar Presiden Sukarno mau membubarkan HMI. Namun segala trik itupun sia-sia karena dukungan dan pembelaan dari pejabat sipil, militer, pemimpin organisasi dan mahasiswa serta tokoh-tokoh islam yang turut membela HMI.
Tanggal 1 Oktober 1965 merupakan tugu pemisah antara orde lama dan orde baru. Seandainya PKI gagal dalam pemberontakannya, HMI akan tampil kedua kalinya memberontakan PKI. Hal itu terbukti. Wakil ketua PB HMI Mar’ie Muhammad mengambil inisiatif mendirikan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) pada tanggal 25 Oktober 1965 (seperti Ahmad Tirtohusodo yang mendirikan Corps Mahasiswa). Tritura 10 Januari 1966 dan supersemar merupakan kemenangan melawan PKI sehari setelahnya PKI dibubarkan dan dilarang. Dengan dibubarkannya PKI, Reevokasi HMI (1966 – 1968) pun lahir.
Setelah orde baru mantap dan pancasila serta UUD 1969 dilaksanakan, maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah rencana pembangunan lima tahun dan sudah menyelesaikan pembangunan 25 tahun pertama, kemudian menyusul pembangunan 25 tahun kedua. Sumbangan yang diberikan HMI demi berpartisipasi dalam pembangunan (1969-1970) antara lain partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan. Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran dan partisipasi dalam bentuk langsung dari pembangunan.
Selama kurun waktu orde lama (1959-1965) kebebasan meneluarkan pendapat terkekang dengan ketat. Suasana berubah ketika orde baru lahir karena disadari bahwa pembaharuan dalam pemikiran islam dipandang sebagai suatu keharusan. Hal seperti itu muncul di kalangan HMI dan mencapai puncaknya tahun 1970an ketika nurcholish madjid menyampaikan ide pembaharuannya dengan topik Keharusan Pembaharuan Pemikiran dalam Islam dan Masalah Integritas Umat. Hingga karena perbedaan pendapat tentang persoalan Negara islam, islam kaffah, sampai kepada tujuan HMI dari islam menjadi pancasila dengan diundangkannya UU no : 8/1985 yang mengharuskan bahwa semua partai dan organisasi harus berlandaskan pancasila, HMI pun menyesuaikan diri dengan merubah asas islam dengan pancasila, akibat penyesuaian itu beberapa orang oknum anggota HMI membentuk MPO yang menyebabkan HMI terpecah menjadi dua yaitu HMI DIPO dan HMI MPO. Namun secara de facto, HMI MPO memang ada, tetapi secara yuridis HMI MPO adalah inkonstitusional, hal ini terjadi pada kongres ke 6 HMI di padang tahun 1986. Masa – masa ini adalah dimana pergolakan dan pembaharuan pemikiran HMI (1970 – 1998).
HMI go ahead 1998 – sekarang merupakan masa-masa remand tentang sejarah masa lalu yang harus dijadikan cermin sekaligus otokritik pada masa kini. Dengan demikian, HMI bisa menjadikan sejarah sebagai alat untuk melakukan dialog dan analisis. Tantangan zaman yang menjadi kecenderungan perkembangan global sekarang ini menuntut HMI sebagai organisasi kemahasiswaan untuk dapat membaca dan memantau ke arah mana kecenderungan itu berkembang. Dengan demikian, dapat secara tepat merumuskan antisipasi terhadap kecenderungan global tersebut, baik perkembangan makrostruktur politik maupun melalui mikrostruktur programnya. Barangkali yang juga menjadi penting adalah bagaimana mempersiapkan organisasi HMI untuk selalu berpikir analitis, prediktif, dan visioner agar dapat berkiprah sesuai dinamika kekinian dan tantangan masa mendatang agar masa lalu memberikan tamparan telak terhadap geliat perjuangan HMI hari ini. Dengan tamparan itu HMI terbangun dari mimpinya tentang romantisme masa lalu hingga ghiroh perjuangannya terhadap ummat dan bangsa kian berkobar sesuai dengan tantangan zaman yang menghadang hari ini. jadikan milad ini milad perubahan untuk HMI. YAKUSA.