Hari ini mungkin kebanyakan penduduk Indonesia tidak mengenal atau bahkan tidak tahu apa itu HMI. Dalam anggaran dasar HMI pasal 1 ayat 1 disebutkan “organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. 66 tahun sudah HMI hadir. Bila HMI diibaratkan seperti manusia, 66 tahun adalah umur yang sudah sangat matang dan sudah selayaknya menikmati hari tua. Untunglah HMI sebagai organisasi perkaderan sehingga setua apapun umur HMI, tenaganya akan selalu muda.
Sejak
Lafran pane seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam) yang baru duduk di
semester 1 mendeklarasikan terbentuknya HMI pada Rabu, 14 Rabiul Awal 1366 H
yang bertepatan dengan Tanggal 5 Februari 1947, dinamika-dinamika yang dialami
HMI untuk mempertahankan eksistensinya sangatlah beragam. Mulai dari perjuangan
memperebutkan kemerdekaan dan menumpas pemberontakan PKI, hingga pergolakan
pemikiran antar setiap kader. Tentu amat sangat banyak dinamika yang telah
diarungi HMI selama 66 tahun terakhir, namun beberapa hal yang dapat penulis
hidangkan yang peulis kutip dari berbagai referensi untuk melengkapi tulisan
“HMI dari masa ke masa” ini.
Masa-masa pengokohan HMI dimulai dari 5 februari
hingga 30 November 1947 selama lebih kurang sembilan bulan, reaksi-reaksi
terhadap kelahiran HMI baru berakhir. Masa ini dipergunakan untuk menjawab
berbagai reaksi untuk mengokohkan eksistensi HMI. Karena itu untuk sosialisasi
organisasi maka diadakan ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi dan malam-malam
kesenian. Hingga pada tanggal 22 Agustus 1947, PB HMI di reshuffle. Ketua
Lafran Pane diantikan oleh H.M Mintaredja hingga tanggal 30 November 1947
diadakan kongres pertama HMI.
Sejalan
dengan salah satu tujuan awal berdirinya HMI yaitu mempertahankan kemerdekaan
maka dalam masa perang kemerdekaan (1947 – 1949) HMI terjun bertempur melawan
Belanda. HMI membantu pemerintah baik langsung memegang senjata, sebagai staf
penerangan maupun sebagai penghubung. HMI juga berperan menghadapi
pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948. Wakil ketua PB HMI Ahmad
Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM) dibawah komando Hartono. Dengan
mengerahkan angora Corps Mahasiswa, ke gunung-gunung dan memperkuat aparat
pemerintah, sejak saat itu PKI menaruh dendam terhadap HMI.
Selama
anggota HMI terjun ke medan pertempuran membantu pemerintah mengusir penjajah,
selama itu pula pembinaan organisasi HMI terabaikan, di bidang eksternal antara
lain pemerintah yang tidak membubarkan PKI semenjak pemberontakan di Madiun
tahun 1948 menyebabkan PKI bangkit kembali, sehingga PKI tampil sebagai partai pemerintah.
Masa-masa 1950 – 1963 menjadi masa pembinaan dan pengembangan organisasi di
HMI.
HMI vs PKI jilid II terjadi pada tahun 1964 hingga
1965. Dendam PKI pada HMI yang tertanam sejak pemberontakan PKI di Madiun tahun
1948 membuat mereka terus mengejar HMI, karena dianggap sebagai penghalang bagi
tercapainya tujuan PKI. Maka dilakukanlah berbagai upaya agar HMI dibubarkan.
Segala trik dilancarkan PKI agar Presiden Sukarno mau membubarkan HMI. Namun
segala trik itupun sia-sia karena dukungan dan pembelaan dari pejabat sipil,
militer, pemimpin organisasi dan mahasiswa serta tokoh-tokoh islam yang turut
membela HMI.
Tanggal 1 Oktober 1965 merupakan tugu pemisah antara
orde lama dan orde baru. Seandainya PKI gagal dalam pemberontakannya, HMI akan
tampil kedua kalinya memberontakan PKI. Hal itu terbukti. Wakil ketua PB HMI
Mar’ie Muhammad mengambil inisiatif mendirikan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia) pada tanggal 25 Oktober 1965 (seperti Ahmad Tirtohusodo yang
mendirikan Corps Mahasiswa). Tritura 10 Januari 1966 dan supersemar merupakan
kemenangan melawan PKI sehari setelahnya PKI dibubarkan dan dilarang. Dengan
dibubarkannya PKI, Reevokasi HMI (1966 – 1968) pun lahir.
Setelah orde baru mantap dan pancasila serta UUD 1969
dilaksanakan, maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah rencana pembangunan
lima tahun dan sudah menyelesaikan pembangunan 25 tahun pertama, kemudian
menyusul pembangunan 25 tahun kedua. Sumbangan yang diberikan HMI demi
berpartisipasi dalam pembangunan (1969-1970) antara lain partisipasi dalam
pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya
pembangunan. Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek
pemikiran dan partisipasi dalam bentuk langsung dari pembangunan.
Selama kurun waktu orde lama (1959-1965) kebebasan
meneluarkan pendapat terkekang dengan ketat. Suasana berubah ketika orde baru
lahir karena disadari bahwa pembaharuan dalam pemikiran islam dipandang sebagai
suatu keharusan. Hal seperti itu muncul di kalangan HMI dan mencapai puncaknya
tahun 1970an ketika nurcholish madjid menyampaikan ide pembaharuannya dengan
topik Keharusan Pembaharuan Pemikiran dalam Islam dan Masalah Integritas Umat.
Hingga karena perbedaan pendapat tentang persoalan Negara islam, islam kaffah,
sampai kepada tujuan HMI dari islam menjadi pancasila dengan diundangkannya UU
no : 8/1985 yang mengharuskan bahwa semua partai dan organisasi harus
berlandaskan pancasila, HMI pun menyesuaikan diri dengan merubah asas islam
dengan pancasila, akibat penyesuaian itu beberapa orang oknum anggota HMI
membentuk MPO yang menyebabkan HMI terpecah menjadi dua yaitu HMI DIPO dan HMI
MPO. Namun secara de facto, HMI MPO memang ada, tetapi secara yuridis HMI MPO
adalah inkonstitusional, hal ini terjadi pada kongres ke 6 HMI di padang tahun
1986. Masa – masa ini adalah dimana pergolakan dan pembaharuan pemikiran HMI
(1970 – 1998).
HMI go ahead 1998 – sekarang merupakan masa-masa
remand tentang sejarah masa lalu yang harus dijadikan cermin sekaligus
otokritik pada masa kini. Dengan demikian, HMI bisa menjadikan sejarah sebagai
alat untuk melakukan dialog dan analisis. Tantangan zaman yang menjadi
kecenderungan perkembangan global sekarang ini menuntut HMI sebagai organisasi
kemahasiswaan untuk dapat membaca dan memantau ke arah mana kecenderungan itu
berkembang. Dengan demikian, dapat secara tepat merumuskan antisipasi terhadap
kecenderungan global tersebut, baik perkembangan makrostruktur politik maupun
melalui mikrostruktur programnya. Barangkali yang juga menjadi penting adalah
bagaimana mempersiapkan organisasi HMI untuk selalu berpikir analitis,
prediktif, dan visioner agar dapat berkiprah sesuai dinamika kekinian dan
tantangan masa mendatang agar masa lalu memberikan tamparan telak terhadap
geliat perjuangan HMI hari ini. Dengan tamparan itu HMI terbangun dari mimpinya
tentang romantisme masa lalu hingga ghiroh perjuangannya terhadap ummat dan
bangsa kian berkobar sesuai dengan tantangan zaman yang menghadang hari ini.
jadikan milad ini milad perubahan untuk HMI. YAKUSA.