hanya sekedar coretan di layar desktopmu

Saturday 9 April 2016

pemuda dan mahasiswa "selalu ada"

18:49:00 Posted by fathur alrahman
Di berbagai belahan bumi, gerakan pemuda dan mahasiswa selalu menjadi pelopor terdepan dalam menentukan masa depan bangsa. Dengan kata lain, gerakan pemuda menjadi kekuatan utama yang melahirkan revolusi besar-besaran bagi perjalanan penting suatu bangsa. Bahkan revolusi pemuda di prancis tahun 1968 misalnya bukan hanya melahirkan tatanan politik baru di negeri itu, tetapi melahirkan gagasan besar yang baru seperti feminisme, gerakan anti nuklir, dan ekologisme.
Demikian pula gerakan pemuda dan mahasiswa di negeri ini. Idealisme, revolusi dan demokrasi adalah hasil dari benih perjuangan para pemuda Indonesia pada zamannya, peran penting pemuda dan mahasiswa bagi perjalanan bangsa secara aktual memang tidak bisa tergantikan oleh apapun. Pemuda dan mahasiswa dalam kesempatan mendatang merupakan generasi penerus yang dharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perbaikan bangsa.
Tetapi hari ini, gerakan-gerakan pemuda dan mahasiswa yang mengusung demokrasi mendapat tandingan yang tidak mudah. Salah satu penyebabnya dikarenakan demokrasi yang telah dibungkam oleh beberapa oknum. Hasilnya, Negara yang semakin kronis dikarenakan masalah kebangsaan yang semakin pelik dan terstruktur. Padahal hakikatnya demokrasi yang diusung pemuda dan mahasiswa bertujuan untuk mengurai peliknya penyakit bangsa ini agar tidak semakin menjadi-jadi, hal ini pula merupakan implementasi kepedulian pemuda dan mahasiswa terhadap kondisi bangsa.
Pemuda dan mahasiswa adalah agen perubahan (agent of change) dan kontrol sosial (social control) mendapat tuntutan agar menjadi next generation yang kuat dan “tahan banting” serta mampu mengoptimalisasikan potensinya demi memperkuat kukuhnya integritas bangsa ditengah kecamuk permasalahan yang mengepung bangsa dari berbagai sudut, untuk mewujudkan hal ini tentulah para pemuda harus memiliki idealisme yang tak tergadaikan oleh apapun, tidak mudah terpengaruh oleh kebudayaan populer (popular culture) serta gaya hidup yang berhaluan hedonis dan konsumeris, apalagi hingga terjerumus kepada seks bebas dan narkoba.
Dewasa ini demokrasi adalah salah satu contoh struktur yang dominan dan menindas. Eduardo Gonzales, mengatakan bahwa ‘’jika pemerintah baru yang terbentuk tidak menuntaskan persoalan-persoalan pada masa lalu seperti pelanggaran HAM dan korupsi serta kemiskinan akan menyebabkan munculnya sinisme dalam masyarakat dan mendorong persepsi negatif terhadap pemerintah bahwa seolah-olah demokrasi tidak berharga’’.Harapan kita, di Indonesia secara umum dan Kalimantan Barat secara khusus hal yang disampaikan Gonzales tidak akan terjadi.
Demokrasi sebagai salah satu fasilitas pemuda dan mahasiswa untuk berjuang hari ini semakin bergeser dari hakikatnya. Ditengah kematangannya, ternyata demokrasi masih terpenjara oleh sebuah hal yang disebut “melindungi kepentingan”. melindungi kepentingan-kepentingan itulah salah satu faktor penyebab pelik dan kompleksnya problem kebangsaan yang menimpa Negara ini. Ditambah lagi para penguasa yang tidak mampu menyelesaikan problem kebangsaan hari ini. Secara lebih ekstrim, mungkin saja mereka pula yang menjadi bagian dari problem kebangsaan itu.
Kegelisahan struktural dan kegelisahan personal kini telah terlintas dalam setiap pemikiran anak bangsa di negara ini, karena mereka kemudian telah memahami dampak dari segala ketidakadilan dan penjajahan pada masyarakat. Hal ini merupakan resiko daripada kebijakan “melindungi kepentingan”. Dari berbagai pengalaman dan insiden demokrasi yang telah terjadi di beberapa daerah di negara ini, cukup memberikan pelajaran berharga bahwa  demokrasi melahirkan sebuah iklim kengerian ketika ruang-ruang demokrasi tak mampu di isi dan dimanfaatkan secara cerdas, maksimal, dan selektif. Ditambah lagi dengan sikap reaktif yang berupaya melindungi individu atau golongan tertentu yang semakin menambah tebal jeruji demokrasi di Negara ini.

Dari titik ini, tampaklah pekerjaan rumah bagi pemuda dan mahasiswa semakin menumpuk. Besar dan berat. Harus ada inovasi lain bagi pemuda dan mahasiswa untuk turut menakar dosis mengobati penyakit bangsa, selayaknya kita tidak hanya mendirikan panggilan jiwa untuk turun ke jalan menyampaikan aspirasi. Tetapi mencoba dari sudut lain yang lebih riil dan berpeluang untuk menembus inti dari penyakit kebangsaan hari ini.
Untuk itu, sebagai elemen yang memiliki peran ganda (mediator dan fasilitator) antara pemerintah serta masyarakat sudah menjadi sebuah keharusan untuk mengcover seluruh potensi yang ada didalam masyarakat tersebut, lebih jauh melakukan hal demikian, pemuda dan mahasiswa sebaiknya lebih dahulu melakukan konsolidasi dan penguatan gerakan secara internal, mampu melakukan konsensus bersama untuk menetukan langkah taktis dalam merealisasikan common agendanya. Pemuda dan mahasiswa juga mesti membina komunikasi, intens, ikhlas, dan komitmen dalam memperjuangkan suara rakyat. Selain itu, gerakan pemuda dan mahasiswa juga diharapkan agar selalu solid dan memahami apa orientasi perjuangannya. Pemuda dan mahasiswa harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakat, karena mengingat betapa pentingnya peran pemuda dan mahasiswa sebagai garda depan perubahan bagi negeri ini.
Oleh karena itu, jangan melemah hanya karena demokrasi yang kita miliki “diculik” dan menjadi sandera mereka-mereka yang berkepentingan dan memiliki kuasa. Seperti pepatah “banyak jalan menuju roma” begitu pula perjuangan pemuda dan mahasiswa, tidak akan ada habisnya dan akan selalu ada jalan untuk kita berjuang demi kebaikan bangsa.
Mengutip tulisan Soe Hok Gie (mahasiswa Indonesia berperan ibarat seorang resi atau seorang sheriff yang turun ke kota untuk menyelamatkan rakyatnya ketika bandit-bandit datang dan mengancam keselamatan kota. Setelah bandit-bandit tewas dan melarikan diri sang resi dan sheriff pun pulang kerumahnya). Pemuda dan mahasiswa Indonesia tidak seperti itu, mereka akan selalu ada saat bandit datang dan pergi, pemuda dan mahasiswa Indonesia akan selalu ada dengan pemikiran-pemikiran kritis untuk menghadapi segala tindakan yang bertentangan dengan hati nurani mereka, singkatnya pemuda dan mahasiswa Indonesia akan “selalu ada”.